Kamis, 10 September 2015

Pacu Kude, Tradisi Memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia di Takengon

Seperti tahun-tahun sebelumnya Pacuan Kuda atau lebih dikenal dengan sebutan 'Pacu Kude' oleh masyarakat Gayo menjadi tradisi tahunan dalam memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.



Biasanya Pacuan Kuda dilaksanakan selama seminggu penuh dan pada hari minggu merupakan puncak atau finalnya, jadi pada hari minggu hampir semua masyarakat Takengon atau dari beberapa kabupaten sekitar akan berdatangan memenuhi Lapangan Pacuan Kuda HM Hasan Gayo Belang Bebangka di Pegasing.

Untuk mencapai Lapangan jika kalian tidak memiliki kendaraan sebenarmya tidak sulit. Karena biasanya jika musim pacuan kuda seperti ini maka angkot atau yang lebih dikenal dengan sebutan labi-labi akan langsung masuk ke komplek lapangannya, jadi kita juga nggak perlu jalan jauh dari jalan utama menuju ke lapangannya. Untuk tarif normal penumpang hanya perlu membayar Rp 5.000, tetapi kadang suka dinaikin juga ongkosnya jadi Rp 7.000. Jadi jangan lupa bertanya dulu sebelum membayar ya. Dari pusat kota kalian tinggal mencari labi-labi yang bertuliskan TOA aja pasti langsung nyampe kok.

Pada hari minggu (23/8/2015) saya menuju ke Lapangan HM Hasan Gayo dengan menumpang labi-labi. Berangkat lebih pagi dapat menghindari kemacetan juga buat kita. Ya walau jarak dari pusat kota Takengon tidak terlalu jauh ke Lapangannya, tapi ya kalau sudah terjebak macet kan nggak asik juga.

Pacuan kuda ini biasanya dimulai sekitar jam 10 - 11 pagi. Nah datang lebih pagi juga memudahkan kita untuk mencari lokasi menonton yang bagus dan tidak berebutan dengan penonton yang lain. Ya tapi ingat-ingat jangan melewati pagar pembatas ya saat menonton. Karena kita kan nggak bisa menduga kudanya bisa berlari ke arah mana aja, ya demi keamanan tentunya.


Suasana tribunnya
dilihat dari kejauhan,
padat ya...

Suasana di tengah
lapangan.


Pacuan kuda di Takengon ini masih bersifat tradisional. Jokinya biasanya berkisar antara anak-anak dan remaja, tetapi belum memiliki perlengkapan keamanan bagi jokinya.



Yang jualan juga rame, mulai dari yang jualan makanan, peralatan dapur, buah-buahan, pakaian baru maupun bekas, sampai yang jualan masker juga ada.

Abang-abang ini minta difoto
dikirain sayanya wartawan sama
mereka, hahaha...


Jemblang atau Jambu Keling
jajanan ini juga merupakan
jajanan khas karena
kebetulan masa panennya
jatuh di bulan
Agustus.


Burung pipit ini
banuak dibeli oleh anak-anak.
Tapi kesian burungnya dicat gitu,
tadinya saya kira
itu warna alaminya :(

Lagi-lagi sayanya
dikirain wartawan,
abang-abang supir labi-labi
ini minta difotoin juga :D

Tradisi pacuan kuda ini sudah berlangsung sejak abad ke-19. Dulunya dilakukan di pinggir Danau Lut Tawar sebelah timur sebelum pindah ke Lapangan Musara Alun di daerah kota sampai akhirnya dipindahkan lagi ke Lapangan HM Hasan Gayo ini.

Buat kalian yang memiliki waktu luang di bulan Agustus, event ini salah satu event yang sayang untuk dilewatkan teman-teman.



LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...